Selasa, 15 Juli 2008

Tugas Filsafat Umum


TUGAS

SEMESTER PENDEK FILSAFAT UMUM

TEORI SIGMUND FREUD ID, EGO,dan SUPEREGO

Ø Riwayat hidup Sigmund Freud

Sigmund Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.

Sebahagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.

Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.

Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebahagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.

Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah:

(1) The Interpretation of dreams (1900),

(2) The Psichopathology of Everiday Life (1901),

(3) General Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917),

4) New Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933) dan

(5) An Outline of Psichoanalysis (1940).

Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.

Ø Persepsi tentang sifat manusia

Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Sigmund Freud, seorang Jerman keturunan Yahudi yang lahir 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria) ini telah membangkitkan semangat manusia untuk berpikir mengenai psikologi. Freud, adalah mahasiswa yang jago di kampusnya. Meraih gelar sarjana dari Universitas Wina pada tahun 1881. Selain itu, Freud juga menguasai 8 bahasa!! Bayangkan, dan dalam umur 30 tahun, telah berhasil menaklukkan sekolah kedokteran. Teorinya dalam ilmu psikodinamika yang membuatku tertarik adalah mengenai ID, EGO dan SUPEREGO.

ID, bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada yang menafsirkan ID sebagai nafsu manusia yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Di sisi lain, ID, tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan hasratnya. Intinya, ID adalah bagian jahat dari manusia yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. ID sebenarnya adalah yang menguasai manusia pada umur 0-2 tahun.

EGO, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ID. EGO juga ditafsirkan sebagai nafsu untuk memanuhi nafsu. Hanya saja telah ada kontrol dari manusia itu sendiri. Sudah ada pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah dilakukannya. Tepatnya, EGO adalah pengontrol ID. Contoh nyata dari EGO adalah peraturan. Semua rule yang dibuat adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak terkontrol. Freud menyatakan bahwa EGO banyak mendominasi manusia pada umur 2-3th.

SUPEREGO, atau yang lebih sering di sebut dengan HATI NURANI. Pembentukan dan perkembangan super ego sangat ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan yang serba cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan, SUPER EGO atau NURANINYA tumpul. sedangkan SUPEREGO ada dan muncul pada diri manusia pada umur 3 tahun ke atas.

Tapi jangan salah, walaupun telah dikelompokkan ke dalam tahun-tahun munculnya, ID, EGO dan SUPEREGO mutlak ada pada diri manusia. Mereka memang muncul pada umur sekian dan sekian, tapi bukan berarti tidak akan pernah muncul lagi. ke tiga bagian jiwa ini akan terus menghiasi keseharian manusia. Tergantung, bagaimana mereka memanajemen bagian jiwa tersebut. Manusia dewasa yang IDnya lebih dominan akan menjadi cikal bakal psiko(pat), tidak berperi kemanusiaan seperti Hitler, dan mereka adalah tikus-tikus kotor yang mencuru uang-uang rakyat. Yang mereka adalah orang-orang kejam. Tapi perlu kita ketahui, betapapun kejamnya, mereka tak lebih dari anak kecil yang berumur tak sampai 3 tahuN.

Sedangkan bila IDnya telah dikuasai EGO, ia akan menjadi orang yang mulai memikirkan. Benar atau salah, Tapi pemikiran seringkali tumpul dan sangan tergantung dengan suasana di sekitarnya. Itulah lemahnya ID. Sangat beruntung bila seseorang bisa mengoptimalkan fungsi SUPER EGOnya. Dia memikirkan dan dia merasakan. Dia mempertimbangkan dan lebih berpikir objektif dalam menghadapi masalah. Dengan SUPER EGO manusia belajar memengerti dan menindak lanjuti dengan kepala dingin. Berusaha seoptimal mungkin untuk tidak merugikan siapapun, karena ia tahu betapa sakit dan sedihnya bila dirugikan, apalagi dirugikan secara moral, sosial dan psikologi. Dan mempelajari psikologi adalah hal yang paling menyenangkan, dalam tanda kutip, bila kau berniat mempelajarinya.

Ø Struktur Kepribadian

Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.

Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.

Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.

Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah:

1) apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya,

(2) apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan

(3) apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.

Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya.

Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.

Ø Kesadaran dan ketidaksadaran

Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti:

(1) mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,

(2) salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,

(3) sugesti pasca hipnotik,

(4) materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan

(5) materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.

Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.

Ø Kecemasan

Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Gerald Corey mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang.

Sedangkan menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.

(1) kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

(2) kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan

(3) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

Ø Mekanisme pertahanan ego

Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah:

(1) represi; ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,

(2) memungkiri; ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik,

(3) pembentukan reaksi; ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran,

(4) proyeksi; ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar,

(5) penggeseran; merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”,

(6) rasionalisasi; ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan disingkirnya ego yang babak belur,

(7) sublimasi; ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,

(8) regresi; yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,

(9) introjeksi; yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain,

(10) identifikasi,

(11) konpensasi, dan

(12) ritual dan penghapusan.

Ø Perkembangan kepribadian

Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.

Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika), yaitu:

(1) tahap oral,

(2) tahap anal: 1-3 tahun,

(3) tahap palus: 3-6 tahun,

(4) tahap laten: 6-12 tahun,

(5) tahap genetal: 12-18 tahun,

(6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.

Ø Aplikasi Teori Sigmund Freud Dalam Bimbingan

Apabila menyimak konsep kunci dari teori kepribadian Sigmund Freud, maka ada beberapa teorinya yang dapat aplikasikan dalam bimbingan, yaitu:

Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif. Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan itu sendiri. Mortensen (dalam Yusuf Gunawan) membagi fungsi bimbingan kepada tiga yaitu:

(1) memahami individu (understanding-individu),

(2) preventif dan pengembangan individual, dan

(3) membantu individu untuk menyempurnakannya.

· Memahami individu.

Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika konselor kurang pengetahuan dan pengertian mengenai motif dan tingkah laku konseling, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil baik

· Preventif dan pengembangan individual.

Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemorosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

· Membantu individu untuk menyempurnakan.

Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih pada tingkatannya dari pada macamnya, jadi sangat tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan potensi yang ia meliki. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Jadi dalam konsep yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa teori Freud dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan proses bantuan kepada konseli, sehingga metode dan materi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan individu.

Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.

Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasan-kecemasan lain yang dialami manusia, jadi untuk itu maka bimbingan ini dapat merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.

Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.

Dalam hal ini sebuah hadis Nabi menyatakan bahwa “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah yang ikut mewarnainya sampai dewasa.” Selain itu seorang penyair menyatakan bahwa “Tumbuhnya generasi muda kita seperti yang dibiasakan oleh ayah-ibunya”.

Hadis dan syair tersebut di atas sejalan dengan konsep Freud tentang kepribadian manusia yang disimpulkannya sangat tergantung pada apa yang diterimanya ketika ia masih kecil. Namun tentu saja terdapat sisi-sisi yang tidak begitu dapat diaplikasikan, karena pada hakikatnya manusia itu juga bersifat baharu.

Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.

Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

Satu hal yang akan mempermudah mengenali siapapun adalah dengan melihat kepribadiannya. Kepribadian sering dipahami sebagai suatu pola pikir, perasaan dan perilaku yang telah berakar dan bersifat tetap. Ia merupakan keseluruhan pola yang menyangkut kemampuan, perbuatan dan kebiasaan baik secara jasmani, rohani, emosional maupun sosial. Pola ini telah terbentuk secara khas yang ditata dari dalam serta dibawah pengaruh lingkungan. Pola ini akan muncul dalam kebiasaan perilaku dan yang akan dipertahankan serta menjadi identitasnya dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana yang dikehendakinya. Melalui kepribadian seseorang dapat diperkirakan tindakan ataupun reaksinya terhadap situasi yang berbeda-beda.Satu teori kepribadian yang sangat berpengaruh adalah teori psychoanalytic dari Sigmund Freud.

Ia meyakini bahwa proses bawah sadar menuntun bagian besar dari perilaku seseorang. Meskipun orang sering tidak menyadari dorongan dan arahan itu tetapi alam bawah sadar akan tetap mendorong dan mengendalikannya. Teori kepribadian lain yang juga sangat berpengaruh adalah teori yang diturunkan dari behaviourism. Cara pandang ini disampaikan oleh pemikir-pemikir barat baik Eropa maupun Amerika dengan salah satu tokohnya B.F. Skinner, yang menempatkan tekanan utama pada learning (pembelajaran). Skinner melihat bahwa perilaku ditentukan terutama oleh konsekuensi-konsekuensi yang terjadi. Apabila dihargai, maka suatu kebiasaan perilaku akan selalu muncul sebaliknya apabila tertekan oleh hukuman suatu perilaku tidak akan kembali.

Dua teori inilah yang akan secara khusus dipakai dalam memahami kepribadian sebagai sarana untuk lebih mengenalinya baik proses pembentukannya maupun perkembangannya dan bagaimana kita mengendalikan perubahan yang memungkinkan kearah yang lebih baik.Bagaimana psikoanalis menerangkan kepribadian.
Kepribadian muncul melalui aktivitas, tingkah laku, perbuatan dan ekspresi. Pada awalnya, Sigmund Freud (1856 - 1939 ) menyatakan bahwa kehidupan psikis manusia dipengaruhi oleh dua sistem yaitu sistem sadar-pra sadar dan sistem tak sadar. Sehingga oleh Freud jiwa manusia digambarkan seperti gunung es, dimana hal-hal yang nampak hanyalah 10 persen saja, berupa alam sadar, sedangkan 90 persen yang tidak nampak adalah alam bawah sadar. Sehingga alam bawah sadar merupakan sumber energi psikis yang lebih besar yang potensi menimbulkan konflik batin.

Dalam perkembangan pemikiran selanjutnya Freud tidak lagi membagi hidup psikis seseorang menjadi dua tetapi tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Sistem Id merupakan sumber energi psikis yang berasal dari instink-instink biologis manusia yang merupakan naluri bawaan, antara lain instink seksual, instink agresivitas, juga keinginan-keinginan terpendam lainnya. Menurut teori Freud, hidup psikis bayi sebelum dan baru dilahirkan hanya memiliki Id saja, sehingga Id merupakan dasar dan sumber pembentukan hidup psikis manusia selanjutnya. Id mewakili segi-segi kehidupan instinktual, primitif dan irasional yang sering muncul menjadi 'menara' dari dorongan-dorongan yang tidak disadari. Secara mudah Id dapat kita amati dalam aktivitas anak-anak pada awal tahap kehidupannya.

Sedangkan yang dimaksudkan pengertian Ego dalam hal ini bukanlah pengertian ego dalam psikologi yang berarti "Aku", tetapi Freud memahaminya sebagai bentukan deferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktivitas ego bersifat sadar, pra-sadar dan tidak sadar. Aktivitas sadar, misalnya terlihat dalam proses-proses intelektual, persepsi lahiriah dan persepsi batiniah. Aktivitas tak sadar dilakukan pada mekanisme-mekanisme pertahanan, dan aktivitas pra-sadar terlihat pada fungsi ingatan.

Sistem Ego memiliki ciri khas bahwa ia seluruhnya dikuasai oleh realitas. Tugas yang diembannya adalah mempertahankan kepribadiannya yang telah dimiliki dan mengadakan penyesuaian dengan lingkungan, serta perperan menyelesaikan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik yang tidak cocok satu sama lain. Ego juga mengontrol apa yang akan muncul dalam kesadaran dan apa yang akan dikerjakan. Sehingga Ego-lah yang bertanggungjawab menjamin keutuhan kepribadian.

Secara umum Ego bertanggungjawab merencanakan, memecahkan masalah, dan menciptakan teknik-teknik untuk menguasai realitas disekitarnya, karena Ego diperlengkapi dengan kemampuan mengendalikan impuls-impuls manusia dari ekspresi hiperaktif dan dorongan agresivitas. Sehingga Egolah yang harus mengendalikan Id untuk menjamin kelancaran interaksi individu dengan realitas atau dunia sekitarnya.

Sedangkan sistem yang ketiga, Superego menurut Freud dibentuk dengan jalan internalisasi, sehingga setiap orang akan membentuk Superego. Sebagai contoh sederhana, pada awalnya seorang anak menerima perintah dan larangan dari orang tuanya pada suatu hal. Pada awalnya anak ini hanya menuruti dan memperhatikan larangan dan perintahnya saja, dengan akibat memperoleh penghargaan atau hukuman.

Ketaatannya ditentukan oleh ada tidaknya pengawasan, tetapi kemudian terjadi proses internalisasi, yaitu ketika ketaatan itu muncul dari dirinya sendiri tanpa kehadiran sipapun disekitarnya. Saat itulah muncul 'orang tua batin' pada diri anak yang akan terus-menerus mengawasinya. 'Orang tua batin' ini akan selalu ada dalam dirinya dan akan menghukum maupun memuji dirinya terhadap suatu tindakan yang dilakukan. Freud menemukan bahwa Superego adalah merupakan sumber berbagai gangguan kejiwaan.

Dalam proses perkembangan seorang manusia maka konflik akan selalu terjadi antara Id dan Superego, sedangkan Ego selalu berada diantaranya. Ketiga Ego secara spontan didorong Id memenuhi keinginan-keinginannya, maka superego akan menegur apabila pemenuhan dorongan itu tidak tepat, bahkan akan menuduh setiap dorongan yang arahnya kurang tepat. Ego yang akan menerima siksaan dari Superego terhadap suatu dorongan dari Id yang tidak baik dan apabila kekuatan Superego lebih besar, Ego bukan saja tidak melakukannya tetapi akan menutup dan menggesernya serta menyembunyikan dorongan tadi. Konflik akan selalu muncul dari intink-instink yang tidak terekendali dari Id dengan larangan-larangan moralis dari Superego.

Apabila Superego dominan maka seseorang akan mengembangkan sikap bersalah, penuh dosa yang akan nampak dalam perilakunya yang moralis, alim dan saleh. Sehingga segala sesuatunya diukur dengan hukum-hukum moralitas, sehingga akan terus berkembang rasa berdosa atau bersalah pada dirinya. Sedangkan dominasi Id akan membentuk seseorang menjadi narsistis, egois, individualistis yang hanya akan mementingkan dirinya tanpa melihat kepentingan orang lain. Dalam keadaan Id superior dengan Ego dan Superego lemah, maka dorongan-dorongan instink biologis itu tidak terkendali akan membentuk orang menjadi seseorang yang egosentris dan selalu memaksakan kehendak atau keinginannya sendiri. Sikapnya menjadi sewenang-wenang, yang diketahuinya hanyalah bagaimana mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak segan-segan merugikan orang lain. Sikap anti-sosial ini juga disebabkan ketiadaan nilai-nilai moral dalam memenuhi keinginannya untuk memperoleh kesenangan-kesenangan pribadi. Ego akan berhadapan dengan kecondongan-kecondongan spontan dari lapisan Id dan dari tuntutan-tuntutan Superego. Ego harus mengambil sikap, dan apabila seseorang memiliki Ego lemah, ia akan memenuhi setiap keinginan-keinginan spontan.


TEORI MASLOW TINGKAT KENIKMATAN MAKAN

Ø Riwayat Hidup Abraham Maslow (1908-1970)

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.

Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).

Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis / dasar Hirarki Kebutuhan Maslow

2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram

3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

4. Kebutuhan untuk dihargai

5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan Menurut A. Maslow Piramida kebutuhan hidup manusia menggambarkan tahap-tahapyangdibutuhkanolehmanusia dalam menjalani kehidupannya. Salah satu yang paling terkenal dan sering dipakai oleh masyarakat adalah Piramida Kebutuhan Abraham Maslow. Kalau kita lihat, Kebutuhan kita menurut Maslow dimulai dari kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, makan dan minum. Selanjutnya kebutuhan akan rasa aman, Rasa Cinta dan dimiliki. Selanjutnya menuju pada Kebutuhan akan Pengakuan. Akhirnya kebutuhan terakhir adalah mencapai Aktualisasi Diri atau Mencari Jati Diri.

Namun ada sebuah loncatan pada Piramida kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan Mencapai Aktualisasi Diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti, namun mengapa setelah seseorang mencari pengakuan, mencari penghormatan, kok lalu mencari jati
diri? Mengapa? Dan Bagaimana prosesnya? Seakan-akan ada missing link diantara Piramida ke-4 dengan Puncak Piramida ke-5. Seolah-olah terjadi lompatan logika.
Pada saat Bill Gates mengundurkan diri dari Microsoft Corp. semua orang bingung. mengapa orang yang paling kaya sedunia, yang paling berkuasa dengan uangnya,
yang paling berpengaruh, paling dihormati seluruh dunia karena prestasinya karena kekuatannya, tiba-tiba mengundurkan diri pada usia muda, dan lalu mau
mengurusi yayasan sosial mengurusi korban HIV / AIDS.

Ini yang menjadi suatu lompatan logika. Seolah-olah seluruh dunia terkejut. Mengapa? Untuk apa? Mengapa kok tiba-tiba seseorang bisa melepaskan diri dari dunia nyata, dunia dimana uang dan kekuasaan berbicara? Apa isi dunia kehidupan setelah uang dan materi? Bagaimana prosesnya Bill Gates tiba-tiba mencapai Aktualisasi Diri dengan tidak lagi peduli dengan Uangnya, dengan Kekuasaannya? Berarti ada Kebutuhan lain selain kebutuhan hidup kita untuk memiliki makanan, rasa aman, Cinta dan Pengakuan. Ada Piramida Kebutuhan lain selain kebutuhan Duniawi, yaitu Kebutuhan Jiwa.

Kebutuhan hidup manusia menurut Abraham Maslow ini tidak bisa menjelaskan mengapa kenyataannya bahwa orang yang miskin banyak yang bahagia, mereka tidak
terpengaruh dengan perbedaan jenis makanan, minuman atau rumah yang ditempati, seakan-akan ukuran kebutuhan dasar hidup bukanlah itu.Selain itu, juga banyak orang yang sangat membutuhkan rasa Cinta, semuanya sangat menyukai untuk
membahas masalah Cinta, mengekspresikan Cinta, namun semakin dirasakan, Cinta semakin membuat rasa sakit. Aneh, manusia butuh rasa Cinta tapi semakin mendalam
rasa Cinta yang dimiliki semakin menyakitkan akibatnya, seolah-olah bukan itu yang sejati. Bukan itu yang sesungguhnya dibutuhkan. Bukan Cinta yang
begitu. Lalu Cinta yang bagaimana? Seharusnya, hakekat hidup Manusia adalah untuk
memenuhi Kebutuhannya, dengan demikian seharusnya orang yang telah memenuhi Kebutuhannya dianggap lebih tinggi, atau dihormati. Kenyataannya orang Kaya,
orang yang mengagung-agungkan Cinta malah dibenci.

Kalau kebencian terhadap Orang Kaya sudah jelas. Namun selain itu, juga orang-orang yang mengagungkan Cinta seperti Julius Caesar malah dibunuh. Malah tidak dihormati. Lalu kalau demikian, buat apa manusia memenuhi Kebutuhannya kalau dengan demikian semakin dibenci? Untuk apa? Seolah ada paradoksdalam hal ini. Kitab suci mengatakan bahwa “Manusia tidak hanya makan dari roti”. Nah, kalau manusia tidak hanya membutuhkan roti untuk makanan dalam hidup, lalu apa kebutuhan manusia yang sesungguhnya?

People conform to the Laws of the Earth. The Earth conforms to
the Law of Heaven. Heaven conforms to the Way (Tao)
The Tao conforms to
its own nature.
-Lao Tzu

Tugas Psikologi Umum

TUGAS

SEMESTER PENDEK PSIKOLOGI UMUM

Carilah Info tentang ahli Psikologi Modern serta Teori dan Pendapatnya!

· Wilhelm Wundt (1832 - 1920)

Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau pada tanggal 18 Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt seringkali dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu proses yang dikelola oleh panca indera).

Pada tahun 1875 ia pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun 1879 ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat & Ilmu Faal). Sebelum tahun 1879 memang orang sudah mengenal psikologi, tetapi belum ada orang yang menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi umumnya adalah para filsuf, ahli ilmu faal atau dokter.

Wundt sendiri asalnya adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.

Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: “Beitrage Zur Theorie Der Sines Wahrnemung” (Persepsi yang dipengaruhi kesadaran, 1862), “Grund zuge der Physiologischen Psychologie” (Dasar fisiologis dari gejala-gejala psikologi, 1873) dan “Physiologische Psychologie”.

· Ivan Pavlov (1849 - 1936)

Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning.

Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulusbehaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi

· Emil Kraepelin (1856 - 1926)

Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.

Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.

Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentiapraecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.

· Sigmund Freud (1856 - 1939)

Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria), pada masa bangkitnya Hitler, dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun ia dan keluarga pindah ke Viena, dimana ia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Meskipun keluarganya adalah Yahudi namun Freud menganggap bahwa dirinya adalah atheist.

Semasa muda ia merupakan anak favorit ibunya. Dia adalah satu-satunya anak (dari tujuh bersaudara) yang memiliki lampu baca (sementara yang lain hanya menggunakan lilin sebagai penerang) untuk membaca pada malam hari dan satu-satunya anak yang diberi sebuah kamar dan perabotan cukup memadai untuk menunjang keberhasilan sekolahnya. Freud dikenal sebagai seorang pelajar yang jenius, menguasai 8 (delapan) bahasa dan menyelesaikan sekolah kedokteran pada usia 30 tahun. Setelah lulus ia memutuskan untuk membuka praktek di bidang neurologi.

Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul Interpretation of Dreams yang masih dikenal sampai hari ini. Dalam buku ini Freud memperkenalkan konsep yang disebut “unconscious mind” (alam ketidaksadaran). Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their relation to the Unconscious (1905).

Pada tahun 1902 dia diangkat sebagai profesor di University of Viena dan saat ini namanya mulai mendunia. Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia dengan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa komponen teori Freud yang sangat terkenal adalah:

· The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi mendapatkan perhatian dari ibu

· Konsep Id, Ego, dan Superego

· Mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanisms)

Istilah psikoanalisa yang dikemukakan Freud sebenarnya memiliki beberapa makna yaitu:

(1) sebagai sebuah teori kepribadian dan psikopatologi,

(2) sebuah metode terapi untuk gangguan-gangguan kepribadian, dan

(3) suatu teknik untuk menginvestigasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan individu yang tidak disadari oleh individu itu sendiri.

Sejak the Psychoanalytic Society (Perhimpunan Masyarakat Psikoanalisa) didirikan pada tahun 1906, maka muncul beberapa ahli psikologi yang dua diantaranya adalah Alfred Adler dan Carl Jung. Pada tahun 1909 Freud mulai dikenal di seluruh dunia ketika ia melakukan perjalanan ke USA untuk menyelenggarkan Konferensi International pertama kalinya.

Freud dikenal sebagai seorang perokok berat yang akhirnya menyebabkan dia terkena kanker pada tahun 1923 dan memaksanya untuk melakukan lebih dari 30 kali operasi selama kurang lebih 16 tahun. Pada tahun 1933, partai Nazy di Jerman melakukan pembakaran terhadap buku-buku yang ditulis oleh Freud. Dan ketika Jerman menginvasi Austria tahun 1938, Freud terpaksa melarikan diri ke Inggris dan akhirnya meninggal di sana setahun kemudian.

· Alfred Binet (1857 - 1911)

Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia 8 (delapan) maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun.

Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ. Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern, mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quotient”. Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman, dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan Stern dengan angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.

· Max Wertheimer (1880 - 1943)

Max Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880 dan wafat pada tanggal 12 Oktober 1943 di New York. Max Wertheimer dianggap sebagai pendiri psikologi GestaltNew School for Research di New York city sampai akhir hayatnya. bersama-sama dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Max mempelajari imu hukum selama beberapa tahun sebelum akhirnya dia mendapatkan gelar Ph.D. di bidang psikologi. Dia kemudian diangkat menjadi professor dan sempat bekerja di beberapa universitas di Jerman sebelum hijrah ke Amerika Serikat karena terjadi perang di benua Eropa pada tahun 1934. Di Amerika ia bekerja di

Pada tahun 1910, ketika berusia 30 tahun, Max memperlihatkan ketertarikannya untuk meneliti tentang persepsi setelah ia melihat sebuah alat yang disebut “stroboscope” (benda berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalamkotak tersebut) di toko mainan anak-anak. Setelah melakukan beberapa penelitian dengan alat tersebut, dia mengembangkan teori tentang persepsi yang sering disebut dengan teori Gestalt.

Dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory” (1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt sebagai berikut:

a. Hukum Kedekatan (law of proximity): hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

b. Hukum Ketertutupan (law of closure): Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

c. Hukum Kesamaan (law of equivalence): hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

· Henry A. Murray (1893 - 1980

Henry Alexander Murray dilahirkan di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal pada tahun 1988. Sama seperti pandangan psikoanalisa, Henry Murray juga berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang (unconscious mind). Murray menjadi professor psikologi di Harvard University dan mengajar disana lebih dari 30 tahun.

Peranan Murray di bidang psikologi adalah dalam bidang diagnosa kepribadian dan teori kepribadian. Hasil karya terbesarnya yang sangat terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian dengan metode proyeksi yang disebut dengan “Thematic Apperception Test (TAT)”. Test TAT ini terdiri dari beberapa buah gambar yang setiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan suasana tertentu. Gambar-gambar ini satu per satu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa dan orang itu diminta untuk menyampaikan pendapatnya atau kesannya terhadap gambar tersebut. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam test itu akan memproyeksikan isi kepribadiannya dalam cerita-ceritanya.

Carilah apa yag dimaksud dengan Psikologi Sebagai Ilmu Biososial!

· Hubungan Psikologi dengan Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi berobyekkan benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Oleh karena itu baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu itu meninjau dari sudut yang berlainan, namun pada segi-segi yang tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi, khususnya antropologi tidak mempelajari tentang proses kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.

Seperti telah dikemukan di atas di samping adanya hal-hal yang berlainan tampak pula adanya hal-hal yang sama dipelajari atau diperbincangakan oleh kedua ilmu itu, misalnya soal keturunan. Mengenai soal keturuan baik psikologi maupun antropologi juga membicarakan mengenai hal ini. Soal keturuan ditinjau dari segi biologi ialah hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain; mengenai soal ini misalnya yang terkenal dengan hukum Mendel. Soal keturunan juga dipelajari oleh psikologi antara lain misalnya sifat, intelegensi, bakat. Karena itu kuranglah sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi khusunya antropologi maupun fisiologi, justru karena ilmu-ilmu ini membantu di dalam orang mempelajari psiokologi.

· Hubungan Psikologi dengan Sosiologi

Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi obyek dari sosial. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan manusia, mempelajari manusia di dalam hidup bermasyarakatnya. Karena itu baik psikologi maupun sosiologi yang membicarakan manusia, tidaklah mengherankan kalau pada suatu pada waktu ada titik-titik di dalam meninjau pertemuan manusia itu, misalnya manusia itu, soal tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup bermasyarakatnya, sedangkan tinjauan psikologi ialah bahwa tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif tertentu hingga manusia itu bertingkah laku atau berbuat. Seperti apa yang dikemukan oleh Bouman:

“sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hidup manusia dalam hubungan golongan. Ia mempelajari hubungan-hubungan antara sesama manusia, sepanjang hal ini berarti bagi kita dalam memperdalam pengetahuan kita tentang perhubungan-perhubungan dalam masyarakat. Dalam hal ini yang terutama menarik perhatian kita adalah bentuk-bentuk pergaulan hidup, di mana perhubungan-perhubungan ini menunjukan sifat yang kurang atau lebih kekal: pertama-tama golongan-golongan dan penggolongan-penggolongan (bangsa, keluarga, perhimpunan, tingkatan, kelas, dan sebagainya.

Bagi ahli sosiologi tinggallah satu persoalan yang tak dapat dimasukkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, yakni menyelami hakikat kerja sama dan kehidupan bersama dalam segala macam bentuk yang timbul dari perhubungan antar manusia. Jadi yang dipersoalkan di sini ialah kehidupan bergolong-golongan yang sebenarnya.”(Bouman, 1953).

Karena adanya titik-titik persamaan ini maka timbullah cabang-cabang ilmu pengetahuan dalam psikologi yaitu psikologi sosial yang khusus menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan dengan situasi-situasi sosial. Makin lama orang makin menyadari bahwa tingkah laku manusia tidak dapat terlepas dari keadaan sekitarnya, karena itu tidaklah sempurna meninjau manusia itu berdiri sendiri terlepas dari masyarakat yang melatar belakangi.

· Psikologi Sebagai Ilmu Biososial merefleksikan pengenalan (kesadaran) akan keterkaitan timbal balik antara aspek psikologis seseorang dengan struktur sosial. Biososial merupakan landasan bagi kesadaran tingkat eksistensial. Area kesadaran ini menghadirkan isu-isu sosial dan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa, pandangan-pandangan agama, tabu-tabu (larangan-larangan) dalam masyarakat, dsb. Biososial mewujudkan suatu jaringan kerja atau matriks konvensional pembedaan-pembedaan. Hal tersebut menyatakan bagaimana masyarakat mengonsep simbol-simbol, peta-peta, dan akar dari ide-ide bagaimana masyarakat membagi-bagi dan menggambarkan realitas.

Carilah cabang-cabang ilmu Psikologi lain!

· Ilmu Psikologi Watak (Karaktersologie)

Karaktersologie adalah istilah Belanda yang berasal dari kata “karakter”, yang berarti watak dan logos, yang berarti ilmu. Jadi karakterologie dapat kita Indonesiakan menjadi ilmu watak. Kata karakter, juga berasal dari kata Yunani charas sein, yang berarti (mula-mula) coretan, atau goresan. Kemudian berarti stempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh stempel itu.

Jadi di sini kita menganggap bahwa tingkah laku manusia, adalah pencerminan dari seluruh pribadinya, dan secara sepintas, itulah watak manusia itu. Ilmu itu telah lama sekali dikenal oleh manusia. Sering kita lihat perbedaan-perbedaan prinsipil yang sering dikacaukan yaitu tentang:

Ø Konstitusi Jasmani ialah, keadaan jasmani yang secara fisiologis merupakan sifat-sifat bawaan sejak lahir. Konstitusi jasmani ini berpengaruh juga pada tingkah laku orang itu, dan merupakan sifat-sifat yang khas, asli dan tidak dapat diubah.

Ø Temperamen, ini dari kata “temper”, artinya campuran. Temperamen, adalah sifat-sifat seseorang yang disebabkan adanya campuran-campuran zat di dalam tubuhnya, yang juga mempengaruhi tingkah laku orang itu. Jadi temperamen berarti, sifat laku jiwa, dalam hubungannya dengan sifat-sifat kejasmanian. Temperan, juga merupakan sifat sifat-sifat yang tetap tidak dapat dididik.

Ø Watak, ialah pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan pernyataan, dalam hubungannya dengan:

a. Bakat

b. Peendidikan

c. Alam Sekitanya

Keterangan:

Temperamen dan watak adalah suatu pribadi jiwa. Hanya bedanya. Temperamen adalah suatu yang tetap. Sedang watak adalah sesuatu yang dapat berubah. Karena itu watak, dapat dipengaruhi, diperbaiki, dimajukan,. Temperamen tidak dapat dididik. Sedang watak dapat dididik. Karena itu ada pendidikan watak. Apa gunanya kita mempelajari ilmu watak?

Manusia adalah makhluk sosial. Artinya manusia baru menjadi manusia kalau ia hidup dengan manusia lain atau hidup di kalangan manusia. Tentang betapa nestapanya anak manusia yang sejak kecil dibesarkan oleh serigala atau binatang lain, telah banyak kita ketahui. Dan alangkah sukar dan lambatnya mendidik anak semacam itu agar kembali menjadi manusia biasa.

Jadi manusia akan kehilangan kemanusiaannya kalau ia berada dilingkungan bukan manusia. Manusia harus di dalam pergaulan antara manusia. Di dalam pergaulan ini manusia harus menjaga agar pergaulan itu tetap berada di dalam suasana kemanusiaan, yang rukun dan damai, memperbaiki dan memajukan. Untuk itu manusia yang satu, harus kenal manusia yang lainnya. Jadi di dalam pergaulan itu manusia harus mengenal diri sendiri yang lain saling mengenal.

Karena itu, ilmu watak perlu dikenal oleh kepala keluarga, orang-orang yang di dalam pekerjaanya, berada di dalam kelompok manusia-manusia banyak, dan lebih-lebih para pendidik. Sebab dia itulah yang harus mendidik watak. Di dalam mendidik watak itu, pendidik harus mengetahui lebih dahulu watak telah ada pada anak-anak itu.

· Ilmu Psikologi Kepribadian (Personalisme)

W. Stern adalah seoarng ahli ilmu jiwa. Ia adalah seorang professor di Hamburg. Ia terpengaruh oleh ilmu jiwa assosiasi dan ilmu jiwa gestlalt. Stern menulis teori ilmu jiwanya dalam bukunya “Person und Sache” yang terdiri dari 3 jilid. Isinya antara lain ialah tentang pendapatnya apakah person itu, dan Stern berpendapat bahwa manusia harus dilihat sebagai suatu pribadi, suatu kebulatan yang sebenar-benarnya. Pikiran yang bersifat ilmu pengetahuan ilmiah, bersifat filosofis dan empiris, semuanya berpusat kepada totalitas. Asas filsafatnya ialah kepribadian.

Apakah arti Personalistik (kepribadian) Stern ini ?

1) Personalistik adalah ilmu pengetahuan yang menjadi dasar untuk mempelajari manusia. Misalnya:

a. Ilmu jiwa

b. Ilmu tubuh, dan

c. Ilmu hayat.

2) Personalistik adalah ilmu pengetahuan tentang pribadi, yang netral. Artinya yang tak terkena oleh perbedaan antara tubuh dan jiwa.

3) Personalistik adalah ilmu jiwa pengalaman. Sbab segala sesuatu yang bersifat metafisis dikesampingkan.

Buku Stern antara lain berisi pendapatnya tentang Person dan Sache.

a. Yang dimaksud oleh Stern dengan Person, ialah suatu kesatuan yang dapat menentukan diri sendiri dengan merdeka dan mempunyai 2 tujuan, yakni:

Ø Mengembangkan diri

Ø Mempertahankan diri

Jadi: sel-sel tumbuh-tumbuhan, binatang dan sebagainya adalah person, kesadaran bukannya bagian mutlak daripada person, sebab person tak hanya terbatas pada manusia.

b. Sache (benda) adalah segala sesuatu yang tak dapat dipandang sebagai suatu kesatuan yang mempunyai maksud untuk menentukan diri dengan merdeka.

Sache, tidak mempunyai kepribadian, sebab benda hanya kumpulan dari bagian-bagian yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri. Sache tidak mempunyai tujuan, sifatnya pasif, dapat diukur, dan tergantung sama sekali oleh hokum-hukum alam. Mesipun demikian antara person dan sache tak terdapat pertentangan. Sebab adanya asas hierarchie. Misalnya dunia manuisia adalah hierarchie dari individu, keluarga, bangsa dunia manusia. Stern mengatakan bahwa person adalah suatu unitas-multiplex. Artinya ialah person adalah suatu kesatuan yang terjadi dari unsur-unsur yang banyak, yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri pula.

· Ilmu Psikologi Modern

Ilmu jiwa dalam perkembangannya juga mengalami suatu revolusi. Dan sesudah itu ilmu jiwa disebut ilmu jiwa modern. Bagaimana revolusi itu terjadi, dan siapa pelopornya? Apakah perbedaan antara ilmu jiwa modern dengan ilmu jiwa sebelum revolusi? Aliran-aliran apakah yang timbul sesudah revolusi itu? Dan dimana aliran-aliran itu timbul?

Sesuai dengan kemanjuan pikiran manusia, maka ilmu jiwa yang telah ada pada waktu itu tidak lagi memuaskan. Karena ilmu jiwa waktu itu masih bernaung di bawah paying filsafat. Belum berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan ilmiah yang mempunyai bahan penyelidikan dan metode sendiri. Seorang ahli ilmu jiwa jerman, yang bernama Wilhelm Wundt, pada tahun 1875, telah berhasil mengumpulkan bahan-bahan yang dapat dipergunakan sebagai bahan penyelidikan di dalam ilmu jiwa. Ia juga mendirikan sebuah laboratorium di sebuah kota, Laipzig.

Inilah titik tolak daripada recolusi ilmu jiwa.

Perbedaan khas antara ilmu jiwa modern dan ilmu jiwa sebelum revolusi, dapat kita sebutkan :

Ø Telah lepas dari filsafat dan berdiri sendiri

Ø Telah mempunyai metode penyelidikan tertentu

Ø Mempunyai cara tertentu di dalam obyek yag diselidiki, meski obyeknya sebagian masih tetap kesadaran

Aliran-aliran ilmu jiwa yang timbul sesudah revolusi itu ialah:

Ø Behaviorisme dan Pyschorefleksologi.

Yang pertama di Amerika, yang kedua di Rusia, dan keduanya mempunyai aliran yang sama.

Ø Dietepsychologi, di Swiss.

Ø Gestaltpsychologi, di Jerman.

Ø Denkpsychologi, juga di Jerman,

Ø Ilmu Jiwa Sosial, dll.

Suatu ilmu pengetahuan boleh dinamakan telah berdiri sendiri, apabila itu telah memiliki obyek dan metode tertentu. Filsafat secara garis besar dapat kita katakana: Suatu ilmu dari segala ilmu yang berusaha mencari dasar-dasar yang terdalam dan sebab-sebab yang terakhir dari segala yang ada. Semua ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini adalah dahulu tergabung di dalam filsafat. Hidup di lingkungan filsafat. Obyek dan metodenya milik filsafat. Kemudian sesuai dengan kemajuan ilmu itu, maka ia berusaha melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan.